Tuesday, September 30, 2014

Sampai saatnya aku menemukan nama lain. Sampai akhirnya aku bisa melenyapkan--paling tidak namamu. Kamu akan tetap berada di sini. Di dua tempat yang istimewa; hati dan pikiranku.

Berbeda (lagi)

Inilah kita, yang sepakat kalau kita sudah di pertemukan oleh 'Tuhan' dan yakin akan baik-baik saja. Kita yang sering menertawakan orang-orang yang bernasib sama, namun tidak mau saling mempertahankan. Kita juga yang 'masa bodo' dengan apa kata orang dengan hubungan ini.

Aku masih ingat di hari itu. Kita duduk di warung kecil yang berada di samping greja. Kita melihat seorang wanita yang keluar dari dalam tempat beribadah umat nasrani itu, yang tak berapa lama kemudian keluar juga seorang laki-laki dari dalam masjid yang berada tepat di hadapan greja.

Mata kedua sejoli itu merah, pipinya basah karena air mata. Seperti tau kelanjutannya, Dika menoleh kearahku dan berbisik, "pasti mau putus haha, atau malah udah putus."

Sama seperti Dika, aku juga sempat berpikiran seperti itu. Sudah biasa, terlalu biasa.

Kita melihat sang laki-laki memeluk wanitanya. Terlihat begitu erat di iringi dengan derai air mata. Lalu mereka meninggalkan tempat itu dengan jalan yang berbeda--si perempuan masuk ke dalam mobil berwarna merah yang terparkir di depan greja dan si laki-laki kembali ke masjid.

Aku dan Dika pun tertawa. Tidak ada yang lucu? Aku tau. Tapi rasanya lucu saja, berpisah hanya karena agama yang berbeda. Sebegitu mudahkah? Sebegitu sulitkan mempertahankan semuanya? Toh, mereka juga sama-sama tau, kalau 'Tuhan' yang sudah mempertemukan mereka.

Tapi... Itu dulu.
Kini Aku dan Dika justru menangis. Mematung di hadapan orang tuaku yang membentak dengan segala hal yang bersinggungan dengan 'Tuhan'.

Kalau sudah begini, siapa yang salah? 'Tuhan'? Ini terlalu bodoh jika kita harus menyalahkan sang maha pemberi rasa. Lalu siapa yang salah?

Lalu aku menatap tidak percaya pada Dika yang mengatakan kalau ia menyerah. Sekarang apa yang harus kulakukan terlebih dahulu? Marah dulu, atau tertawa dulu?

Kita yang sudah yakin tidak akan bernasip sama dengan mereka-mereka yang menyerah, tapi justru, kini kitalah yang menyerah. Aku ingin tertawa, tapi justru air mataku mendesak keluar.

Sudah? Begini saja?
Setelah 6 tahun bertahan, setelah 6 tahun melalui segala perbedaan bersama-sama. Dan sekarang? Sudah begini saja? Hanya seperti ini?

Aku mengantar Dika ke depan rumah. Wajahnya sama kacaunya denganku. Aku bisu, Dika lebih bisu.

Setelah berpelukan, pelukan perpisahan, pelukan yang kemungkinan adalah pelukan terakhir kita. Dika pergi, menaiki motornya, menyisakan asap yang justru membuat hatiku terasa perih.

Dan dia pergi.

Sekarang siapa yang tertawa?

Sunday, September 28, 2014

Kalau kau baik-baik saja

Hai!
Ini seperti sudah jutaan hai ku ucapkan dan tak pernah terbalaskan.
Rindu!
Ini juga sudah jutaan rindu yang ku ucapkan dan tak pernah terbalaskan.
Cinta!
Sudahlah, kata "hai" dan "rindu" saja tak pernah terbalaskan. Apa lagi cinta?

Ahh! Sudah berapa lama kita tidak bertemu?
Sudah berapa lama kita tidak bertatap muka?
Sudah berapa lama kita tidak saling sapa?
Sudah berapa lama aku memendam semuanya?

Jika kau baik-baik saja, aku ingin bertemu. Aku ingin menceritakan semuanya tentangku, dunia baruku dan juga mendengar punyamu.

Jika kau baik-baik saja, aku ingin kembali berteman. Aku tidak akan mengharapkan lebih, karena kutau itu mustahil.

Jika kau baik-baik saja, jika kau benar-benar baik-baik saja, berarti kekasih mu telah melakukannya dengan baik; menjagamu.

Wednesday, September 17, 2014

hai dan bye

hai
hallo
hai yang disana
hai yang disana, yang beberapa hari yang lalu menyuguhiku senyuman manis.
hai yang di sana, yang beberapa hari yang lalu memandangi mataku tanpa arti.
hai yang di sana, yang kemarin merayuku dengan rayuan palsu.
hai yang di sana, yang baru saja memanggil namaku tanpa gairah.
hai yang di sana, yang baru saja berbicara denganku.
hai yang di sana, yang baru saja memasuki hatiku tanpa permisi.
hai yang di sana, yang ternyata menyukai temanku.
hai yang di sana, yang mungkin sedang bahagia bersama temanku.
hai yang di sana, yang sudah mematahkam hatiku.
hai yang disana
hai kakak
hai hai hai hai
hai hai hai
hai hai
hai dan selamat tinggal
selamat tinggal
selamat tinggal
selamat tinggal
bye

Sunday, September 7, 2014

Menunggu

aku memperhatikan sepasang sepatu converse--sudah buluk--milikku. hal ini bukan karena aku memang ingin memandangi sepatuku, tetapi karena aku menghindarimu. aku mencegah kalau perlu mengutuk mataku agar tidak melihat manik matamu. lagi pula mengapa 'dia'--kamu-- bisa ada di sini? dalam tundukan kepalaku, akhirnya aku melihat sepasang sepatu yang mendekat, benar-benar dekat. aku bisa memperkirakan, jika aku menengadah pasti wajahku dan seseorang ini akan berada sangat dekat. oleh karenanya aku mempertahankan posisiku.

ramai orang-orang berjalan di samping kanan dan kiriku, aku tak tau apa mereka memandangku saat ini. aku tidak tau dan tak mau tau. hmm.. aku menghembuskan napas, leherku ini rasanya pegal sekali, tetapi sepasang sepatu berwarna merah itu tak juga sirnah. tak juga bersuara. apa dia menungguku mendongak? atau memang sengaja menghalangi jalanku?

"hei kau, bisa ke sini sebentar!" teriak seseoranh, entah siapa dari arah belakangku.

tiba-tiba sepasang sepatu merah itu bergerak. ah akhirnya...

"tunggu aku." suara sialan itu tiba-tiba terdengar di telinga kananku, berbisik dengan senyuman. rasanya aku ingin pingsan saja.

'dia' si pemakai sepatu merah menyuruhku menunggunya, setelahh lebih dari 3 tahun aku sudah melakukannya. menunggunya tanpa kabar, menunggunya tanpa berpaling, menunggunya dengan rasa yang selalu sama. sekarang setelah segala penantianku, kau menyuruhku menanti lagi. seenaknya saja!

tapi.....

tubuhku tetap mematung, tubuhku menolak untuk di gerakan. hanya satu yang kurasa bergerak, yaitu air mataku.

Friday, August 8, 2014

Berbagi cerita ( Re : curhat )

Hai hai.. Bosen juga selama beberapa hari ini gue ngurusin novel mulu. Udah keterima penerbit ting? Yap.. belom sama sekali hahaha malahan beberapa hari yang lalu baru aja di tolak, sedih ya.. hiks. makanya sekarang gue lagi sibuk bikin novel baru, yang kali-kali aja keterima penerbit haha

Oke, jadi setelah bosen nulis baku dan berkutat dengan KBBI. Akhirnya di malam yang tenang ini saya pengen curhat lagi. Curhat mulu ting. Haha iya emang saya tukang curhat, tapi sebenernya loh ya. Nanti kalo someday kita udah jadi "Seseorang" pastinya curhatan-curhatan di media yang gak akan hilang ini, bakalan jadi sesuatu yg buat kita bangga. pastinya bakalan ngingetin kita, kalo kita dulu tuh bukan apa-apa, perjuangannya kaya gimana. Yakin deh, suatu hari nanti. lo semua bakalan nangis kalo udah baca curhatan tentang perjuangan lo menuju sukses. so, buruan bikin blog kaya gue (?)

Waktu itu kan udah cerita tentang tulis menulis.sekarang gue mau cerita tentang cita-cita utama gue. SUTRADARA, udah keliatan belom tuh? biar keliatan gue bold deh ya, SUTRADARA.
Udah ting, udah cukup. Oke deh :D

Gak cuma jadi penulis yang perjuangannya abis-abisan banget. Mau jadi sutradara lebih susah, perjuangannya lebih bercucuran air mata. Lebay? enggak ko, sumpah banget tiap kali inget tentang sutradara, gue selalu nangis. Tapi kali ini gak mau nangis ah, udah malem haha (Apa pula hubungannya-_-)

Yaudah nih ya gue ceritain, semoga gak bosen dengerin curhatan gue ya.
Jadi gini, dari dulu gue selalu bilang kalo gue pengen jadi Dokter. Tapi kepengennya gue jadi dokter, cuma kaya sekedar, ngikutin orang. Ya kaya gini deh, coba tanya anak kecil; "Kalo gede kamu mau jadi apa", pasti jawaban mereka kalo gak dokter ya polisi (Ini kebanyakan ya, bukan berarti semuanya). Nah begitu pula dengan gue dulu.

Tapi pas kelas 3 SMP, tiba-tiba gue pengen jadi sutradara. Gue lupa kenapanya, Mungkin karena sering nonton waktu zaman itu. Nah, gue akhirnya bilang sama nyokap gue (Karena kebetulan bokap lagi di jepang waktu itu). Dan nyokap dukung ternyata. Seneng banget gue waktu itu, sampe nyokap mau daftarin gue di broadcasting Cakra buana. but then, gak jadi karena gak boleh masuk sekolah-sekolah kejuruan gitu sama bokap. Yaudahlah, karena waktu itu gue belom kepengen-pengen banget jadi sutradara, akhirnya gue nurut.

Tadinya gue kira, cita-cita gue ini cuma asal kepengen doang. Soalnya gue orangnya emang labil, bosenan gitu. Gue dulu sempet pengen jadi sastrawan, pengen jadi model, sampe pengen jadi penata rias. tapi semua kepengen-kepengenan itu ilang. Dan yang tersisa cuma SUTRADARA. Mulai sedih kawan-kawan hahaha :')

Akhirnya, awal-awal kelas 2 gue mulai nyari-nyari tempat kuliah yang ada broadcastingnya. Dulu gue ngiranya sama, antara Broadcasting sama sutradara. Tapi beda kan ya? eh gak tau deng haha. Dulu waktu orang-orang belom mikirin banget tentang kuliah, gue udah tau mau kuliah di mana, jurusannya apa, dan biaya kuliahnya berapa. Dan itu di IKJ jurusan FFTV. begitu tau, langsung ngena banget di hati*tsahh.

Terus, gue bilang deh sama nyokap (Waktu itu bokap lagi di singapur, bokap gue pelayaran, jadi jarang di rumah) dan tiba-tiba aja nyokap gak setuju, terus ngetawain gue. Gue inget nyokap ngomong apa, karena sampe sekarang nyokap masih sering bilang begini; "Kalo jadi sutradara itu harus bisa ngatur orang lain. lah kamu? ngatur hidup sendiri aja gak bisa, apa lagi orang lain." Dan gue? ya gue sedihlah dengernya secara waktu itu gue lagi antusias banget. Gue pun bantah dengan segala macam perkataan, tapi nyokap juga punya jawaban sendiri yang bisa bikin gue akhirnya diam.

Dan jawaban itu adalah bokap. Bokap yang dari dulu jarang ada buat gue, dan gak ngertiin gue, dia gak ngebolehin gue jadi sutradara. Dan gue jadi yang kaya benci banget sama bokap (Haha jahat ya gue, tapi sekarang gak gitu ko )

Doi gak pernah ngasih gue alasan kenapa dia gak suka, tapi dia ngelarang gue dalam garis keras. keras banget parah. and then, gue jadi males sekolah haha. inilah cikal bakal gue sering tidur di kelas, gak merhatiin guru, sabodo banget sama pelajaran, sama nilai dan lain sebagainnya. maksud gue ya biar nilai gue jelek dan gak bisa masuk kedokteran haha cause my parents really really want me to be a doctor. like a shit :)

dan nilai gue turun banget haha, bayangin aja matematika dari yang 90 jadi 77, kurang bego apa lagi coba? haha. kelakuan gue terus begitu sampe kelas 3. malahan di awal-awal kelas 3 gue jarang masuk, ada aja alesannya. sampe yang paling absurd, gara-gara gak ada celana dalem hahaha padahalmah ada, tapi gue gak mau make, maunya yang sering di pake. tolol banget ya hahaha.

makin ke sananya, gue mulai rajin belajar, gara-gara takut gak lulus. guru-guru entah bagaimana selalu ngingetin like a billions times, kalo UN dapet nilai 4 bakalan gak lulus. Dan gue akhirnya takut, banget malah. kalo gak lulus, boro-boro bisa masuk IKJ, yang ada bisa malu, di omelin plusplus ngulang kelas 3. Gak! gak! gue gak mau. Akhirnya gue mulai rajin gitu di tempat les (Walaupun gak rajin-rajin amat sih), di kelas dengerin guru, kalo ada yang gak ngerti nanya ke yang pinter. tapi kebiasaan gue tidur di kelas gak bisa ilang :( terlebih lagi gue emang kalo tidur selalu malem, and class is a good place for sleep. Then, gue masih sering tidur di kelas. terutama pelajaran Bahasa, Agama sama Pkn. sumpah demi apapun ya, itu pelajaran kaya dongeng haha.

Sampe pada akhirnya, UN selesai. UAS juga selesai. beban ilang semua. eh enggak semua sih, masih ada pikiran ke kuliah. Mau kuliah di mana gue dengan nilai sebergelombang itu? haha. Gue gak pede banget soal SNMPTN, dan males banget ikut SBMPTN, cause tujuan awal gue emang mau di IKJ yang statusnya swasta. But di sisi lain gue cinta mati sama kota Jogja, akhirnya gue juga pengen kuliah di UGM, serah deh jurusannya apa, yang penting di UGM haha. Dan waktu itu gue milihnya (Buat SNM) kehutanan UGM.

gue pun sempet cerita-cerita sama nyokap, enaknya fakultas apa gitu. Terus nyokap cuma jawab, "Ya terserah kamu, kan kamu yang mau kuliah." dan setelah gue jawab, sutradara, Nyokap langsung gak ngizinin. Padahal tadi katanya terserah :'). Sebenernya gue udah hopeless banget sama sutradara dari sebelom UN, karena sampe gue nangis-nangis pun di depan orang tua (Saat itu bokap udah balik) mereka tetep aja gak ngizinin, gue malah di omelin. sedih ya :')

Akhirnya, gue yang lagi suka-sukanya nulis waktu itu. pengen banget novel gue cepet-cepet terbit, bukan karena pengen terkenal atau apa, Melainkan karena ngincer uangnya buat kuliah di IKJ, jadi gak usah nunggu persetujuan ortu, gue udah bisa kuliah pake duit sendiri. gila, sedih banget ya kalo di pikir-pikir haha. Tapi tuhan berkata lain, novel gue gak di terima-terima (Bahkan sampe sekarang). Yang artinya gue gak bisa ngewujudin cita-cita gue buat jadi sutradara. Sampe gue ngepost foto gambar gedung Fakultas Film dan Televisi IKJ, di instagram (Btw, instagram gue @dewirtha) yang captionnya, "Gak dapet tahun ini, masih ada tahun-tahun berikutnya."

Yap.. gue bakalan coba terus.

Dan karena itu juga, gue jadi niat nulis (selain gue emang pengen jadi penulis) dan pengen banget kerja buat ngumpulin duit. Tapi gue bingung, ijasah SMA doang (malah sekarang belom keluar katanya), gue gak punya keahlian selain nulis novel (Itu juga di tolak mulu). Ya pokoknya, belom nemu lowongan dan kerjaan yang pas sama gue.

Btw, gue udah jadi mahasiswi di Universitas pancasila, fakultas ekonomi manajemen. Tapi gak pernah gue cantumin di bio, bukan apa-apa ya, ini karena manajemen bukan cita-cita gue (Sama sekali). Ini juga salah satu kemauan nyokap gue. Ko nurut ting? lo pikir gue bisa apa lagi selain nurut?:'). Sebenernya ortu juga gak pengen-pengen banget gue masuk situ, cuma karena gue gak ada gairahnya banget buat kuliah. boro-boro nyari kuliah, SBMPTN sama UM aja gak ada satupun yang gue ikutin. jadi yaudah deh, langsung di masukin ke UP.

tadinya gue kepikiran, buat sering-sering bolos. Sebagai bentuk pemberontakan gue selanjutnya (Yang pertama itu pas gue males-malesan sekolah dulu di SMA). tapi sekarang, setelah gue pikir-pikir. Kalo misalnya gue bolos, nanti gue gak lulus-lulus gimana? kapan masuk IKJnya dong? Yap, lulus dari UP, InsyaAllah gue mau ngambil S1 lagi di IKJ, doain ya :). Dan lagian, kalo nilai gue bagus, siapa tau aja bisa dapet kerja. jadi gue bisa ngumpulin uang buat masuk IKJ.

Ya.. gue gak tau sih kedepannya bakalan kaya gimana, mulai kuliah aja belom, udah banyak banget yang pengen di lakuin haha. Yang pasti gue bakalan terus berdoa dan usaha buat bisa ngewujudin cita-cita gue. gue juga lagi nyari club-club pecinta film, yang siapa tau aja bisa ngasih gue pelajaran sebelum akhirnya bener-bener belajar di IKJ.

jadi, pelajaran yang bisa gue ambil di sini, yang semoga aja lo semua bisa ambil juga. Jangan nyerah! Apa lagi lo bener-bener mau ngewujudin cita-cita lo. dan buat yang udah bisa kuliah di kampus yang lo cita-citakan, bersyukurlah wahai kalian sekalian. Jangan males kuliahnya apa lagi sampe bolos-bolosan segala. karena masih banyak orang-orang (Termasuk gue) yang belom bisa jadi kaya kalian, bisa ngewujudin impian. entah karena materi, karena dilarang orang tua, atau emang karena belom keterima-keterima di kampus yang di inginkan.

dan bagi yang belom bisa ngewujudin, mari berjuang bareng gue*tsahhh. jangan nyerah juga, semua ada jalannya. kalo lo emang sungguh-sungguh, pasti di kasih jalan sama yang Di Atas. Walaupun gue juga belom bisa ngewujudin impian gue, tapi gue yakin ko, someday i will. Gue percaya sama Allah, dia gak tidur, dia liat perjuangan gue, dia pasti bantuin gue. Doain saya ya, semoga semuanya bisa jadi kenyataan :).

oke, mungkin sudah dulu edisi curhat malam ini. dan saya akan tutup dengan quotes-quotes di bawah ini. Tetap semangat ya semuanya!!! :)














Tuesday, July 22, 2014

Raka

Hai! Ceritanya malam ini gue mau cerita-cerita tentang pengalaman pribadi. Sorry kalo harus sebut nama dan di jadiin judul. Sorry buat Raka, yang kalo baca terus gak suka atau gimana, ini cuma dari sudut pandang gue aja ko. Sama sekali bukan dari sudut pandang orang lain apalagi Raka.

Oke, jadi dulu pas SMP, gue sekelas sama yang namanya Raka. Awalnya gue gak kenal sama Raka, gara-gara gue emang anak pindahan kan. Tapi kebetulan gue kenal sama temen sebangkunya. So, gue lupa bagaimana awalnya gue bisa jatuh cinta sama Raka. Ya.. Gue jatuh cinta. Buat ukuran anak SMP , mungkin kedengarannya kaya cinta monyet, tapi gak tau gimana, gue ngerasanya beda.

Raka itu orangnya misterius(ini dari sudut pandang gue), dia pendiam, dan setau gue dia cuma dekat sama temen sebangkunya aja. Gue suka Raka saat dia bertingkah kaya anak kecil(sekali lagi ini sudut pandang gue). Waktu itu pernah, pas pulang sekolah gerimis-gerimis gitu. Gue ngeliatin Raka yang lagi jalan bareng temen sebangkunya. Di saat temen sebangkunya jalan lewat koridor lab komputer biar gak kehujanan, Raka justru jalan di lapangan sambil ketawa-ketawa. Dari sanalah asalnya gue jatuh cinta sama hujan.

Dulu gue itu bukan cewek yang suka basa-basi, kalo gue suka ya gue kejar. Gak peduli gander dan kodrat gue sebagai cewek yang harusnya nunggu. Rada extream sih ya, cuma gitulah kenyataanya. Dari semua cowok yang pernah gue suka, cuma Raka yang gak pernah gue tau nomor hpnya. Dia terlalu misterius, sangat misterius. Gue sama Raka biasa komunikasi lewat message facebook, karena emang kalo di sekolah kita jarang ngobrol dan sebenarnya gak semua Message dari gue dia bales, tapi Sekalinya dia bales, gue bisa seneng seseneng senengnya.

Lama kelamaan anak sekelas tau kalo gue suka sama Raka. Tapi mereka gak terlalu peduli juga sih, mungkin karena kita emang pasangan unpopular gitu, lagian gue masih terbilang anak baru, jarang ada yang kenal gue. Akhirnya gue punya media lain untuk deketin Raka, yaitu melalui salah satu temannya yang juga temen gue. Ya walaupun gak terlalu dapat hasil sih, karena Raka emang gak terlalu dekat sama anak-anak di kelas, dan gue sebenarnya juga barter info sama itu orang, karena dia suka sama temen deket gue.

Makin lama, Raka makin misterius. Dia jarang masuk sekolah, katanya sih sakit. Gue masih ingat banget kalo waktu itu gue dapat info dari orang(ini gak tau benar apa enggak ya) Raka itu punya penyakit gitu, tapi gak ada yang tau dia sakit apa. Dulu waktu kelas 7(katanya ya, gue gak tau pastinya) dia pernah gak masuk berbulan-bulan karena sakit dan harus operasi gitu. Sampai sekarang gue gak pernah dapat berita pastinya tentang penyakitnya itu, tapi berhubung waktu itu dia selalu izin gara-gara sakit, akhirnya gue percaya kalau dia sakit dan lumayan parah.

Gue itu paling gak bisa dengar kalo orang yang gue sayang kena musibah atau kecelakaan atau sakit. Rasanya tuh kalo belom liat mukanya langsung, gue pasti cemas gitulah. Siapa juga sih yang gak khawatir kalo orang yg di sayang gak masuk Berhari-hari karena sakit? 

Jadi gue ngirim Message ke Raka, walaupun waktu itu keadaannya gue sama dia lagi ada masalah gitu(gara-gara gosip kita mulai rame, gara-gara Raka ke ganggu dan tiba-tiba ngejauh, gara-gara gue di gosipin suka sama cowok lain--yg ini ada benarnya juga sih, dan cowok itu temen sebangkunya Raka, dan gue ngerasa Raka gak suka atau gimana--)

Kira-kira kaya gini message2nya :


gue : Ka ko gak masuk terus dari kemarin? 
Raka :  iya, gue sakit.
Gue : sakit apa? Besok gak masuk juga?
Raka : besok udah masuk ko
Gue : jangan di paksain kalo emang masih sakit, istirahat aja di rumah
Raka : iya, makasih ya lo masih peduli


Saat itu juga gue ngerasa aneh, tiba-tiba gue jadi kepedean. Tapi sumpah ka, "masih peduli"? Ya jelas lah! Gue gak tau kenapa dia gak pernah sadar kalo gue sayang sama dia, dan rasa sayang itu yang udah melahirkan rasa peduli. Dan gue peduli, meskipun lo jutek. Kalo bales Message singkat banget. Lo juga pernah minta tukeran tempat duduk sama temen sebelah lo, cuma biar gue gak bisa ngeliatin lo, gue tau dan gue tetep peduli sama lo. No matter how.

(Chat di atas itu cuma perkiraan ya, karena gue lupa tepatnya kaya gimana. Gue cuma ingat kata-katanya yang masih peduli itu)

Semenjak kejadian itu, kita makin sering di cie-ciein. Jujur, diem-diem gue emang suka ngeliatin Raka di kelas, dan sering juga ketauan sama Rakanya. Tapi dulu, gak tau gue salah liat atau gimana, setiap gue ngeliatin Raka, pasti dia juga ngeliatin gue balik(karyanya gue geer haha), tapi semenjak Abis sakit, Raka berubah. Tiap gue liatin dia selalu buang muka, Chat fb gue gak pernah di bales, dia jadi lebih sering duduk di pojok biar gue gak bisa ngeliatin dia gara2 ketutupan sama temen sebangkunya.

Tapi kadang ada yang bilang juga ke gue kalo lo sebenarnya juga suka sama gue(kayaknya gue geer terus deh). Sampe akhirnya, study tour sekolah ke jogja. Nah di jogja inilah gue makin gak ngerti sama Raka.

Jadi gue sama Raka gak sebis(mungkin emang gak jodoh haha) dan bis kita hampir gak pernah bersebelahan kalo lagi berhenti di rest area. Gue hampir gak pernah ketemu Raka. Untungnya temen gue(cowok, yg tadi naksir sama temen deket gue) selalu ngasih kabar tentang dia. Yap im protective person(semoga ngerti ya maksudnya).

Sampe akhirnya kita ke temu pas di tempat wisata Goa-Goa gitu, gue lupa namanya. Saat itu gue lagi foto-foto patung sama caya, dengan muka bete karena gue pake sepatu warna putih(masuk Goa pake sepatu putih, nice idea ever). Terus tiba-tiba caya manggil-manggil gue sambil Narik-Narik jaket, pas gue tanya kenapa, dia gak jawab.

Dan setelah keluar dari goa, akhirnya caya cerita. Kurang lebih kaya gini

Caya : Tih, jadi tadi itu. Kayanya si Raka foto kamu deh. Soalnya pas aku nengok, tiba-tiba Raka lagi megang camera ke arah kita, dan flashnya itu bener-bener kena mata
Gue : ah masa sih? Lagi foto patung kali
Caya : enggak! Beneran ke arah kita, orang berasa banget flashnya.


Perasaan gue gimana? Seneng lah! Lo pikir aja gimana rasanya. Walaupun gue takutnya caya salah liat. Tapi tetep menyisakan rasa seneng di hati haha. Inget gak cay? Hahah i can't forget it.

Besoknya, tiba-tiba aja bis gue dan Raka sebelahan. Seneng banget, karena dari Kemaren emang gak pernah bis kita sebelahan gini. Gue liat Raka duduk di paling pojok belakang. Gue bisa liat dia jelas banget, karena emang dia duduk di samping Kaca. Tapi gue ngeliatin ya aneh, dia diem aja sedangkan temen-temannya rame banget pada becanda. Akhirnya gue SMS deh sumber info gue. Dan dia bilang Raka ngantuk katanya, jadi diem aja. Percaya gak percaya, tiba-tiba aja gue khawatir sama dia(waktu itu yang ada di kepala gue cuma gosip tentang penyakitnya Raka)

Akhirnya gue minta si sumber info itu nemenin Raka. Dan iya dia Nurut, dia langsung duduk di samping Raka, tapi Rakanya cuek aja. Sampe akhirnya dia nyerah. Nah tiba-tiba aja si sumber info gak bales-bales SMS gue. Tau kan gimana rasanya lagi khawatir, terus tanpa kabar? Ya kira-kita itulah yang gue rasain. Sampe akhir gue telepon deh tuh.

Suara yang gue dengar rame bangett, emang karena mereka juga lagi bercanda-canda gitu. Biasalah cowok. Tapi lama-lama suaranya jelas. Ada yang ngomong, "ka nih telpon buat lo", ada juga yang cie-cie, ada yang bilang "Rakanya ngantuk", sampe ada yang bilang "udah kali jangan diliatin mulu Rakanya" shittttt haha. Sampe akhirnya suara si sumber info kedengaran, dia bilang "sorry, hp gue di Rebut mulu sama anak-anak" kampret ya hahaha.

Terus gak tau Raka nyadar apa gimana(ya pasti nyadarlah, orang pada bashit haha) si Raka nutup tirai di sampingnya gitu, gue kan jadi gak keliatan. Akhirnya gue suruh si sumber info itu buka tirainya, dan dia nurut. Dia langsung buka dan temen-temen cowok gue langsung pada ngeliatin gue. Tapi tiba-tiba tirainya di tarik paksa sama Raka, kencang banget gitu nariknya. Ya.. Dia keusik, dan ya saat itu juga gue gak percaya kalo dia ada rasa sama gue. Si sumber info langsung ngeliatin gue dengan muka kasian, dan gue nangis hehehe iya, gue cengeng, lebay, Alay. Masalah? Hahaha

Sejak saat itu gue gak pernah nyoba lagi buat deketin dia. Raka pun semakin jauh, jauh banget. Walaupun duduk cuma selang satu baris, tapi jauh aja rasanya. Lebay sih, tapi ya gitu sih yang gue rasain waktu itu.

Naik ke kelas 9. Akhirnya gue berhasil move on. Dan Raka? Dia ngilang. Bukan ngilang dari pandangan gue aja, tapi dari pandangan semua orang. Gue serius

Masuk ke kelas 9, Raka jadi bandel, temenannya sama anak bandel2 yang suka masuk bp. Terus dia jadi jarang masuk, yang kali ini gosipnya bukan karena sakit. Tapi karena dia cabut mulu ke warnet. I can't believe it. Seorang Raka, rasanya gak mungkin(menurut gue) gak masuk sekolah cuma gara-gara hal kaya gitu. Tapi katanya itu bener, banyak yang liat dia di warnet. Makin lama dia gak masuk(katanya sih orang tuanya tau dia gak sekolah, katanya juga Raka emang gak mau ke sekolah) akhirnya dia di keluaran dari sekolah.

Dan sampe sekarang, gue gak tau dia dimana. Apa baik-baik aja atau gimana. Yang pasti gue sempet nyangka Raka udah gak ada(Ya.. Gara-gara penyakitnya yg kayanya cuma gosip). Tapi pas gue kelas 2 SMA kemarin, caya tiba-tiba bilang ke gue kalo Raka masih hidup(agak gimana sih, tapi sumpah caya bilangnya Raka masih idup gitu haha) dan kata caya dia masuk SMP lagi(kayanya ngulang dari kelas satu) dan yang pastinya lagi, Raka yang sekarang bukan Raka yang gue kenal dan gue sayang dulu.

Dan ka, di manapun lo sekarang. Gue bersyukur karena lo baik-baik aja. Sekarang semua udah beda. Lo bukan lagi Raka kecil gue yang selalu bikin gue gemes. Dan gue bukan lagi cewek yang duduk di sana sambil mandangin muka lo, perhatiin keadaan lo, ngejaga lo dari jauh. Im not That girl anymore. Lo yang memutuskan untuk berubah, lo yang memutuskan untuk menghilang. Dan sejak lulus SMP, gue juga udah memutuskan buat lupain lo.

Berbahagialah, dimana pun lo sekarang. Dan kalo lo baca ini, dan akhirnya lo bertanya sendiri di dalam hati, "kenapa ratih masih inget sama gue". Dan inilah jawaban gue ;

"Karena lo adalah cinta pertama gue. Raka SP :)"


Monday, July 21, 2014

maaf gak jelas

Kalau kau ingin kembali, aku masih di sini. walaupun aku tau, itu takan pernah terjadi.

Tuesday, July 15, 2014

Gue gak tau sampai kapannya, tapi sampai waktunya tiba nanti. Gue cuma mau nikmatin semuanya. Rindu, cinta, sakit hati, semuanya. Gue harap lo ngerti, ini gak semudah ngedipin mata. Its seem easy for you to be happy, but Its always felt hard for me to understand That she's the Only one who can make you happy


Tuesday, May 27, 2014

Kamu lagi

            Jika ada yang bertanya bagaimana kabarku, aku akan menjawab "baik". tetapi jika ada yang bertanya tentang perasaanku, tentunya aku akan menjawab sebaliknya. Sudah setengah jam aku menunggumu di salah satu restoran cepat saji di bilangan Depok, Jawa Barat. Tapi tak ada tanda-tanda kehadiranmu sejak tadi.
          Hujan memang sempat mengguyur habis kota belimbing ini, itulah sebabnya aku memaklumi keterlambatanmu dan tetap menunggu. Tetapi butiran air langit itu sudah menghilang sejak 10 menit yang lalu, tetapi kamu tak juga datang.
           Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku untuk yang ke sejuta kalinya, lama-lama aku berubah kesal mendengar suara di setiap pergeseran detik jam ini. Pelayan berpakaian hitam putih itu sudah 3 kali menanyakan "Sudah ada yang ingin di pesan?", mungkin ia sudah bosan mendengar jawaban, "Tunggu sebentar" dariku.
        Dimana sebenarnya kamu berada? ponselmu mati dan mungkin saja pemiliknya juga mati. terkadang aku bosan terlihat murahan seperti ini, selalu mau di ajak pergi tetapi selalu aku yang menunggu kehadiranmu. Sekarang aku tak bisa lagi membedakan yang mana bodoh dan yang mana cinta, semuanya terlihat sama saja.
        Aku membenarkan posisi kacamataku ketika seorang pria basah kuyub membuka pintu restoran. Aku tak bisa melihat jelas siapa itu, karena cacat mataku yang sialan ini. Hingga akhirnya pandanganku sudah dapat terfokus, tapi sayangnya pria itu bukanlah seseorang yang sudah kutunggu sejak tadi. oh astaga! dimana sih dia? bukankah laki-laki itu yang mengajakku pergi?
      Pelayan berpakaian putih hitam itu mendekatiku lagi, kali ini aku menyerah. Akhirnya aku pun memesan minuman, "2 coklat panas ya.", pelayan itu pun segera mencatat pesananku. "Ada lagi yang ingin di pesan?" tanyanya. Baru saja aku ingin menggelengkan kepala, tiba-tiba saja ponselku bergetar, sebuah pesan singkat. Akupun menggeleng menanggapi pertanyaan pelayan tadi sambil membuka pesan di ponselku.
     Pelayan itu pun berpaling untuk pergi dari mejaku, tetapi aku lantas memanggilnya, membuatnya kembali pada posisi semula. di sampingku, di samping meja bernomer 13. "kenapa mba? ada yang mau di pesan lagi?". Dengan malu aku pun menjawab, "Coklat panasnya satu saja."
          Pelayan itu tersenyum, entah meledek atau mengerti apa yang sedang aku alami. Ya... pesan singkat itu dari Pria sialan yang selalu mempermainkan perasaanku. Setelah lama aku menunggu, dengan seenaknya ia berkata bahwa ia tak bisa datang. Ingin sekali aku menumpahkan coklat panas (yang benar-benar panas) di wajahnya.
           "Bagaimana kalau dua saja, plus teman ngobrol?" Ucap pelayan itu tiba-tiba. Aah!! persetan dengan hari ini, sudah tak jadi bertemu dengan manusia yang sangat ingin ku temui itu, sekarang aku kena "Modus" dari pelayan restoran. Apa lagi yang akan terjadi selanjutnya?
             Akupun memberikan senyuman tidak iklasku kepada pelayan itu, "Terimakasih, satu saja. saya sedang ingin sendiri." mungkin lebih tepatnya, Aku sedang tidak ingin terkena "Modus" lalu terjebak dalam sebuah rasa konyol bernama Cinta, lalu pada akhirnya di kecewakan lagi. Aku memang murah di depan pria itu, selalu mau melakukan apa saja yang ia minta. Tetapi aku bukan wanita bodoh, aku tak akan terjatuh pada kesalahan yang sama.

Monday, May 26, 2014

In my case




I'm bulletproof!
But in this case I'll hurt. There's not because my protection get low
It's just because you're cheating
You used love to be bullet
And now you shoot me, now I'm dying.

Yeah.. I know Romeo always die in all different story about "Romeo and Juliet"
And I knew that Juliet will die too
But in this case I always be your Romeo, I always die in the end
But you? You're mess up the story about "my Romeo and Juliet"
You're alive. Leave me in the darkness hell

Rosses always red
The ocean always blue
But in this case I'm color blind. Not because I'm disabled
Because You're stolen the color of my life, and leave me with black and white

You said that we can be together, as long as we live
But in this case I'm alone.
You're leave me with every fuckin bullshit thing that you said

Now, I think I'm not bulletproof anymore.
Cos you are the one who shoot me






Monday, May 12, 2014

Saat aku menjadi gila



hujan turun lagi, sialnya aku terperangkap di dalam rumah. sungguh aku membenci hujan, kadang ia datang di saat yang tidak tepat, bahkan ia datang membawa kenangan lama. aku benci hujan, sama bencinya seperti aku membenci diriku sendiri yang tak kunjung melupakanmu.

aku turun dari ranjangku. aku menuju cermin yang berada di ruang tengah. rumahku benar-benar sepi, tak ada siapapun saat ini, sama seperti hatiku. aku memandangi wajahku, lalu mengingat kamu lagi. persetan sengan segala kenangan itu. mengapa mereka sangat suka menampakkan diri dan membuatku terus mengingatmu. dan persetan dengan keadaan ini, kesendirian dan juga hujan. aku benci hidup seperti ini.

samar aku melihat wajahku yang bersih tiba-tiba terlihat penuh cream kue di dalam refleksi cermin. oh astaga.! kenangan itu benar-benar membuatku hampir kehilangan akal. aku memandang lebih dalam ke arah cermin. kini aku melihatmu di sana, di sampingku sedang membersihkan wajahmu yang juga berlumuran cream.

tanganku mengepal tanpa sadar. kalau tidak aku tahan rasa kesal ini, mungkin saja aku sudah melukai tanganku dan menghancurkan cermin ini. aku pun memejamkan mata, mencoba kembali ke dunia nyata. kenangan itu nyatanya telah menyeretku kemasa itu, masa SMA bersama dia.

kini semuanya gelap, aku bersyukur keadaan ini lebih baik dari pada saat aku membuka mata. tetapi tiba-tiba aku mendengar suara ; "Kamu sih, kan susah ini ilanginnya." 

Ya Tuhannnn...!!!! aku lantas menutup telingaku lalu menjerit sekencang-kencangnya. aku sudah menetapkan bahwa diriku ini sudah gila.! bisa-bisanya semua ini terjadi. aku benar-benar sudah kehilangan akal.!

akupun segera berlari ke kamar, memeluk guling kesayanganku dengan erat. kalau saja kamu benar-benar ada di sini, pasti aku sudah memelukmu erat, aku juga akan mengatakan hal yang selama ini selalu hatiku teriakkan, "Jangan pergi lagi.".

aku mengatur napas. perlahan namun pasti tanganku merenggang, kini jemariku mulai menjelajah kasur untuk mencari ponsel. aku pun membuka twitter, hal yang selalu aku lakukan jika aku sedang seperti ini. aku memandangi timeline dengan ragu dan juga takut. dan benar saja, nama itu muncul, kekasihmu.!

jemariku yang sialan ini nyatanya menekan layar di atas nama itu, membuat laman di ponselku berubah menjadi profilnya. aku melihat namamu jelas terpampang di sana. sekali lagi jemari tololku menekan layar pada gambar foto avatar kekasihmu. lalu lamannya kembali berubah.

kini air mataku mengalir, aku melihat jelas wajahmu dan wajahnya yang sedang tersenyum menghadap ke kamera. kamu bahagia, sangat bahagia. rasanya seluruh uratku yang tadinya menegang kini perlahan melemas. kamu bahagia. aku pun lantas tersenyum melihatnya.

kini tiba-tiba segala kenangan yang tadinya muncul seperti hantu mulai menghilang. suara itu juga menghilang. suara lebut yang selalu aku rindukan itu menghilang. kini hanya terdengar suara rintikan hujan yang perlahan juga menghilang. maaf atas kebodohanku, ucapku sendiri di depan foto mu, wajahmu.

Saturday, May 10, 2014

kamu, kekasihmu dan aku



Say something, I'm giving up on you

aku sedang terdiam seorang diri di kamar. meresapi lagu yang sejak tadi berputar di ponselku. membayangkan kamu, kamu dan kamu. merindukan saat-saat kita bersama. meratapi juga betapa bodohnya diriku ini.

I'll be the one, if you want me to
Anywhere I would've followed you

lalu aku mengingat kekasihmu, pujaan hatimu. Mungkin ia sudah sangat membeciku, diriku yang tak pernah tau diri. Masih saja aku merindukan kekasih orang. Tak punya malu.! mungkin itu yang akan kekasihmu katakan padaku. tapi sungguh aku tak peduli.

Say something, I'm giving up on you

aku sedikit membayangkan jika ia memintaku untuk menemuinya. kita berdua duduk di depan cafe sepi sore itu. memesan minuman hangat karena cuaca yang dingin, atau lebih tepatnya kita berdua yang membuat atmosfer di sekeliling menjadi dingin.

And I am feeling so small
It was over my head
I know nothing at all

Lalu kita memulai percakapan dengan kalimat pertanyaan canggung seperti, "apa kabar?", "bagaimana dengan sekolahmu?". hingga tak berapa lama, ia mulai mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik, tentang rasaku, tentang kamu.

And I will stumble and fall
I'm still learning to love
Just starting to crawl

"Kamu masih mencintainya?" aku pun hanya dapat terdiam memandangi cangkir di depanku. rasanya ingin berteriak. aku tak tau apa yang harus aku katakan. jujur? yang benar saja.!

Say something, I'm giving up on you
I'm sorry that I couldn't get to you
Anywhere I would've followed you
Say something, I'm giving up on you

seperti menunggu jawabanku, ia hanya ikut terdiam. lalu tak lama ia mulai membuka mulut lagi, "Katakan saja, aku tak akan marah." ucapnya. aku tau ia pasti berbohong. tetapi berhubung ia berkata seperti itu. aku pun memberanikan diri untuk mengutarakannya, "Iya." jawabku singkat. hanya satu kata, tetapi sungguh sangat berat di ucapkan, dan aku tau benar, ia juga sama beratnya mendengar kata itu.

And I will swallow my pride
You're the one that I love
And I'm saying goodbye

"Sudah kuduga," ucapnya dengan senyuman yang tak kumengerti apa artinya. "Kenapa? kenapa kamu masih mencintainya?" tambahnya. kini akulah yang tersenyum dengan arti yang bahkan aku sendiri tak tau artinya. "Andai aku bisa jawab." dia tertegun mendengar jawabanku, terkejut, sangat terkejut. "itu pertanyaan yang juga aku tanyakan kepada diriku sendiri setiap hari, hampir setiap saat."

Say something, I'm giving up on you
And I'm sorry that I couldn't get to you
And anywhere I would've followed you 
Say something, I'm giving up on you

"Karena kamu tak pernah benar-benar berusaha melupakan dirinya." ucapnya mulai dengan nada yang meninggi. membuat senyum tanpa artiku semakin mengembang lebar, "kau pikir begitu? kau pikir rasanya tidak lelah terus menunggu? Kau pikir rasanya tidak sakit saat melihat kamu bersamanya? dan kau pikir aku tak ingin melupakannya?" suaraku mulai meninggi di pertanyaan yang terakhir. aku menatap wajahnya, wajah kekasihmu itu. ia benar-benar terkejut, seperti kehabisan kata-kata untuk bertanya ataupun memakiku.

Say something, I'm giving up on you
Say something...

sama seperti diriku, yang kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan betapa aku mencintaimu dan betapa aku ingin melupakanmu. dua hal yang bertolak belakang, namun sama kuatnya di dalam hatiku. aku hanya berharap kamu dan kekasihmu akan mengerti. memahami ketidak tau dirianku..

Say something...



say something by a great big world

Wednesday, May 7, 2014

Curhat ; Novel

Hai semua. Hari ini gue mau curhat-curhatan aja. gue juga gak tau kenapa akhir-akhir ini gue lebih suka nulis-nulis begini haha but blog itu diary online kan? so, gapapa kan kalo gue curhat haha

kali ini gue mau curhat tentang pengalaman gue, tentang tulisan gue, dan tentang novel.
mungkin udah banyak banget ya yang tau kalau gue suka bikin novel dan selalu di tolak penerbit haha. jadi gue mau cerita dari awal, kenapa gue suka nulis.

kenapa gue suka nulis? sebenernya sih, novel itu media gue buat berekspresi. gue orangnya gak ekspresif banget, lebih suka diem atau nyengar-nyengir sendiri. tapi, di dalam novel gue berekspresi. ada nangis, ketawa, marah, kesel, seneng semuanya ada di novel. so, novel itu kaya muka kedua gue.

kapan awalnya bikin novel? sebenernya dari gue SD gue udah suka bikin cerpen-cerpen gitu. tapi waktu SD, gue tuh bikinnya cerita fantasi, tentang fairytale2 gitu lah. masuk SMP, gue mulai bikin fanfiction, jadi gue suka sama artis mana gitu, terus gue bikin cerita tentang dia tapi fiksi, karangan gue sendiri. lanjut kelas 2 SMP, gue mulai suka bikin novel romance, tapi novel gue itu lebih bisa di bilang naskah dari pada novel. because, waktu itu novel gue hampir semuanya dialog, narasinya kurang bahkan kadang gak ada. tapi ya, emang dulu cerita-cerita yang gue bikin cuma jadi konsumsi diri gue sendiri. gak ada yang gue bolehin buat baca.

tapi pas kelas 3 SMP, salah satu temen gue ada yang gak sengaja baca tulisan gue. karena dulu gue nulis cerpen tuh di buku tulis kalo enggak note hp. otomatis kalo ada yang minjem hp atau buku gue, pasti gak sengaja kebaca. nah, sejak saat itu, jadi banyak yang baca cerpen gue, malahan ada yang minta di kirimin full copynya. mereka kritik cerita gue, bagusnya dimana, jeleknya dimana, enaknya di apain yang jeleknya. dan gue ngerasa, wah karya gue di hargain. wah, ternyata ada yang mau baca cerita gue. itu bener-bener bikin seneng banget.

masuk SMA, gue mulai banyak baca novel-novel. bagi gue novel-novel yang di tulis oleh penulis-penulis yang udah ternama itu adalah buku pelajaran. gue belajar gimana caranya mendeskripsikan suasana yang baik, gimana caranya menyampaikan pesan tersirat dengan baik, gimana caranya mengemas cerita-cerita sederhanya menjadi menarik. but, dulu di otak gue, "setiap penulis punya ciri khas, mungkin dialog yang lebih banyak dari narasi adalah ciri khas gue.". so, gue gak begitu mengalami banyak kemajuan di novel gue yang kaya naskah drama itu.

suatu hari, tiba-tiba temen gue ada yang nyaranin gue buat ngirim novel ke penerbit. gue mikirnya, apa sih, novel gue gak ada bagus-bagusnya. pasti juga gak keterima, lagian gue nulis cuma buat mengeluapin apa yang ada di otak gue. tapi lama kelamaan gue mulai mikir, sayang juga selama ini gue nulis cuma gue yang nikmatin, respon dari temen-temen gue juga cukup bagus. dan kalo gue di tolak juga, seenggaknya gue punya pengalaman.

akhirnya gue ngirim novel pertama gue, gue inget banget jumlahnya 76 halaman dan hampir 80%nya itu dialog. alhasil, novel gue di tolak. setelah nerima surat penolakan itu rasanya campur aduk. dari yang tadinya gak peduli mau di tolak atau enggak, akhirnya jadi sedih sendiri. dari yang emang gak pd, jadi "kayanya lumayan deh novel gue, kok di tolak ya?". sejak saat itu gue jadi lebih giat lagi belajar tentang novel-novelan.

naik ke kelas 2 SMA. novel gue mulai maju pesat. gue sampe gak nyangka sendiri, novel gue mulai kaya novel dan ciri khas "banyakan dialog dari pada narasi" gue mulai ilang. temen-temen gue pun berpendapat demikian. gue jadi semangat banget buat ngirim lagi ke penerbit. waktu itu jumlah halamannya  85 halaman. dan gue pun ngirim lagi ke penerbit, dan yap.. di tolak lagi.

di tahap itu gue semakin penasaran dengan "apasih yang penerbit cari", dari yang niatnya iseng ngirim ke penerbit, jadi ambisi buat lolos seleksi. lama kelamaan semuanya berubah, gaya bahasa gue, cara pemaparannya. gue juga lebih berhati-hati dalam menulis. gue jadi ngerasa menulis bukan lagi media buat menumpahkan apa yang ada di otak gue, tapi jadi "menulis seperti yang penerbit mau". akhirnya gue sempet berhenti nulis buat beberapa bulan.

di waktu gue absent buat nulis, gue makin sering baca. makin banyak kosakata yang gue tau. makin mengerti dengan EYD dan lain sebagainnya. akhirnya di akhir kelas 2, gue sempet menyelesaikan novel gue. gue coba ngirim ke perbit lagi. dan setelah nunggu 3 bulan, surat penolakan datang lagi. di situlah titik gue ngerasa "udah deh nyerah aja"

tapi di saat gue mau nyerah, temen-temen gue malah semangat banget ngedukung gue. malah ada yang mau bela-belain ngeditin naskah gue. masuk kelas 3 pun gue ketemu sama temen-temen yang suka nulis juga. kita saling tukar pikiran, sempet juga mau kolaborasi nulis gitu. akhirnya gue jadi semangat buat nulis lagi. gue sama temen-temen gue juga bikin deadline. deadline itu rasanya seru banget, dimana awal-awalnya kita nyepelein sampai pas menjelang hari Hnya deadline, kita semua panik, bahkan gue sempet begadang buat nyelesain novelnya. seruuuu banget, berasa kaya udah jadi penulis.

gue dan temen-temen pun ngirim naskah bareng-bareng. but sekali lagi, de javu itu datang, surat penolakan yang kayanya udah gak asing lagi di mata gue datang lagi. tapi gue gak sebete awal-awal pas dapet surat itu, kayanya gue udah mulai terbiasa di tolak.

sampai menjelang akhir kelas 3, gue sempet ngirim novel gue yang judulnya "THE END", novel itu juga gue targetin sebagai novel terakhir gue di kelas 3, karena sebentar lagi bakalan sibuk dengan Ujian Nasional. dan ternyata novel terakhir gue itu juga di tolak.

selesai UN gue mulai nulis lagi. gue juga mulai nyari-nyari referensi penerbit yang kira-kira bisa di kirim lewat email. but, ternyata ngirim lewat email kayanya lebih membuat kemungkinan di terimanya lebih sedikit. karena kalo menurut salah satu blog yang gue baca. kalo kita ngirim naskah langsung, biasanya akan di baca keseluruhan, kalau lewat email, mungkin karena bikin mata sakit juga kalo baca lama-lama di komputer. jadi kalo paragrap awal gak menarik biasanya langsung di delete. dan kalo ngirim langsung itu, biasanya di dalam surat penolakannya terdapat point-point minus novel kita itu. tapi kalo surat penolakan yang melalui email, biasanya hanya di tuliskan garis besar kekurangnya aja.

dan akhir-akhir ini gue lagi suka cerita-cerita lucu sama seorang penulis, gue manggilnya kak Angel. penulis novel tears in heaven. orangnya super baik, dia juga pernah bilang, "Penulis-penulis terkenal pun tau rasanya di tolak". bikin gue semakin semangat buat nulis, thanks berat kak angel.!!

so guys, sampe sekarang gue masih menulis. karena gue ngerasa jiwa gue ada di sini. oiya, gue lagi dalam proses pengetikan nih, sudah mendekati finishing. doain ya kawan, semoga kali ini bisa berjodoh sama penerbit dan gue bisa melepas kata "calon" dari profesi gue "calon penulis", Aamiin hehe :)

Saturday, April 5, 2014

mencintai dalam diam

aku menatapmu lagi, dari jauh tentunya. memandangi wajahmu yang tak pernah membuatku bosan. kamu tertawa, bercanda gurau dengan teman-teman sebayamu. kamu bahagia, tentu aku bahagia. tetapi apa kamu tau apa yang lebih membuatku berbahagia dari ini? yaitu aku duduk di sana, di hadapanmu dan membuatmu tertawa.

tetapi lihatlah apa yang dapat aku perbuat? aku hanya bisa memandangimu dari jauh, mencintaimu dalam diam, merindukanmu dalam hujan, berbicara denganmu dalam mimpi.
aku tak pernah lelah menunggumu sendirian. aku tak pernah lelah mencintaimu, karena memandangmu selalu lebih dari cukup. dan memimpikan masa depan kita yang hanya aku yang tau. kau tidak perlu khawatir, perasaanku takan pernah mengganggu hidupmu. karena aku akan selalu mengirimkan cinta dari jauh, mungkin akan sangat lama hingga kau menyadarinya, atau bahkan kau tak akan pernah menyadarinya. mengingat betapa jauhnya perasaan kita.


cinta baruku, terimakasih untuk selalu tersenyum dan membuatku ikut tersenyum juga. tetaplah menjadi dirimu. dan percayalah, aku mencintaimu dalam diam.

--A--

Sunday, March 23, 2014

Berbicara dengan Takdir

       Hari ini aku hanya menghabiskan waktuku berdiam diri di depan laptop.
       Aku sedikit bertanya-tanya pada diriku sendiri, mengapa hidupku seperti ini? aku berandai-andai bahwa takdir salah menuliskan cerita di hidupku. untuk memastikannya, aku mencoba menulis pesan singkat untuk takdir, "Bisakah kita bertemu? hanya untuk 5 menit saja? aku ingin bertanya sesuatu padamu.", takdirpun tak menjawab. Berjam-jam aku terus memandangi handphoneku, menunggu jawaban dari takdir. Hingga ia pun membalas, "Baiklah, temui aku di depan Cafe sore ini."

      Akupun bersiap dan segera berlari menuju Cafe itu. Tepat pukul 5, akhirnya aku bertemu Takdir. Berbincang-bincang sambil menyeruput coklat panas. Takdir terdiam, ia nampaknya tidak penasaran dengan apa yang ingin aku tanyakan. lalu akupun memulai pembicaraan ini,

"Takdir, apakah kau salah menuliskan hidupku?" tanyaku dengan penuh pengharapan.
"Tidak, aku adalah orang yang selalu benar." ucapnya begitu percaya diri.
"Lalu takdir, mengapa hidupku seperti ini?"
"Memangnya kamu mau seperti apa?"

      Aku terdiam, berbagai imajinasi bergelayutan di dalam pikiranku. banyak sekali yang aku inginkan di hidupku. bahkan aku sampai tak dapat berkata-kata.

"aku ingin rumah yang mewah, uang yang banyak, terkenal dan memiliki pangeran yang tampan."

      Takdir terdiam, ia menyeruput cangkirnya. Cukup lama ia terdiam memandangiku, hingga akhirnya segaris senyuman pun terlihat di bibirnya.

"Bagaimana jika aku memberikanmu hidup yang sempurna. segalanya akan mudah kau dapatkan. dan hidupmu akan jauh lebih baik dari hari ini, tetapi dengan satu syarat.." ucap takdir

      Aku pun mengangguk dengan cepat. siapa yang tidak mau hidup di dunia dengan segala kesempurnaan di dalamnya?

"Apa syaratnya?"
"Syaratnya hanya dengan menjawab pertanyaanku, dan pertanyaannya adalah jika segala kesempurnaan sudah kau dapatkan, apa lagi yang akan kau lakukan di dunia ini?"

      Aku pun terdiam. aku bertanya-tanya sendiri di dalam hati. Apa? jika semuanya sudah ku dapatkan, apa lagi yang harus aku lakukan?. Aku terdiam dan terus terdiam. Hingga langit mulai gelap, coklat panas di cangkir Takdir sudah habis. Takdir terus memandangiku tanpa berkedip. ia menunggu jawaban yang tak kunjung aku keluarkan.
      Takdirpun bangkit dari tempat duduknya, seraya berkata, "Hubungi aku lagi jika kau sudah mendapatkan jawabannya, barulah aku akan memberikanmu hidup sesempurna yang kau mau."

Saturday, March 22, 2014

i love you

i love you i love
i love you i love you i love you i love you i love you i love you i love
i love you i love you i love you i love you i love you i love you i love y
i love you i love you i love you i love you i love you i love you i love you
i love you i love                                                           i love you i love you
i love you i love                                                             i love you i love you
i love you i love                                                              i love you i love you
i love you i love                                                                i love you i love you
i love you i love                                                                  i love you i love you
i love you i love                                                                    i love you i love you
i love you i love                                                                      i love you i love you
i love you i love                                                                       i love you i love you                                  
i love you i love                                                                       i love you i love you
i love you i love                                                                     i love you i love you
i love you i love                                                                    i love you i love you
i love you i love                                                                   i love you i love you
i love you i love                                                                 i love you i love you
i love you i love                                                               i love you i love you
i love you i love                                                             i love you i love you
i love you i love                                                            i love you i love you
i love you i love you i love you i love you i love you i love you i love you i
i love you i love you i love you i love you i love you i love you i love you
i love you i love you i love you i love you i love you i love you i love y
i love you i love

Friday, February 14, 2014

#suratcintakemal

Untukmu pengganggu mimpiku,

Hai, apa kabar? Aku yakin kau baik-baik saja. Aku ingin bercerita sedikit tentang diriku, tentang hatiku, dan tentang kamu.

Aku adalah samar.
Samar?
Pantaskah aku menjadi "samar", tetapi cintaku terlihat begitu nyata?

Kamu adalah nyata.
Nyata?
Pantaskah kau ku sebut "nyata", padahal untuk menyentuhmu saja aku tak bisa.

Aku pasti bisa.
Bisa?
Pantaskah aku berkata "bisa", jika aku saja tak bisa bersamamu.

Aku akan bersamamu.
Bersamamu?
Hanya kamu yang dapat menjawabnya.


Jadi, apa aku bisa bersamamu?


Dari : seseorang yang mencintaimu dalam diam


Wednesday, January 1, 2014

Bangkit

Tak ada guna kita berduka kawan, mengenang masa lalu yang tentunya takkan terulang.
Tak ada gunanya kita menangis kawan, mengenang kesalahan-kesalahan kita terdahulu
Angkat kedua tanganmu, sebutlah nama-Nya, sang maha pencipta, maha Agung, maha segalanya
Renungkan apa yang harus kita lakukan, dan lakukanlah

Masa Depan mulai terbuka, cakrawala menunggu bayi suci itu melihat kenistaan
Jangan pernah takut kawan, Beliau selalu merangkul kita
Menengadahlah ke langit sana, lihat ke keagungan ciptaannya
Hanya di bawah sinilah kita berada, di negara nista lautan dosa

Sang penguasa sedang tersenyum melihat kita melangkah, tapi Ia ragu kemana haluan kita
Bukan orang tua yang menuntun arah mata angin kita, tapi jiwa dan hati bayi suci itu sendiri
Bangun! Tinggalkan sejenak rasa sayang pada kampung halaman
Dunia baru telah menunggu.. Sampaikan salamku untuk lautan dosa itu
Kelak kita akan menjadi bayi suci itu lagi..