Monday, May 12, 2014

Saat aku menjadi gila



hujan turun lagi, sialnya aku terperangkap di dalam rumah. sungguh aku membenci hujan, kadang ia datang di saat yang tidak tepat, bahkan ia datang membawa kenangan lama. aku benci hujan, sama bencinya seperti aku membenci diriku sendiri yang tak kunjung melupakanmu.

aku turun dari ranjangku. aku menuju cermin yang berada di ruang tengah. rumahku benar-benar sepi, tak ada siapapun saat ini, sama seperti hatiku. aku memandangi wajahku, lalu mengingat kamu lagi. persetan sengan segala kenangan itu. mengapa mereka sangat suka menampakkan diri dan membuatku terus mengingatmu. dan persetan dengan keadaan ini, kesendirian dan juga hujan. aku benci hidup seperti ini.

samar aku melihat wajahku yang bersih tiba-tiba terlihat penuh cream kue di dalam refleksi cermin. oh astaga.! kenangan itu benar-benar membuatku hampir kehilangan akal. aku memandang lebih dalam ke arah cermin. kini aku melihatmu di sana, di sampingku sedang membersihkan wajahmu yang juga berlumuran cream.

tanganku mengepal tanpa sadar. kalau tidak aku tahan rasa kesal ini, mungkin saja aku sudah melukai tanganku dan menghancurkan cermin ini. aku pun memejamkan mata, mencoba kembali ke dunia nyata. kenangan itu nyatanya telah menyeretku kemasa itu, masa SMA bersama dia.

kini semuanya gelap, aku bersyukur keadaan ini lebih baik dari pada saat aku membuka mata. tetapi tiba-tiba aku mendengar suara ; "Kamu sih, kan susah ini ilanginnya." 

Ya Tuhannnn...!!!! aku lantas menutup telingaku lalu menjerit sekencang-kencangnya. aku sudah menetapkan bahwa diriku ini sudah gila.! bisa-bisanya semua ini terjadi. aku benar-benar sudah kehilangan akal.!

akupun segera berlari ke kamar, memeluk guling kesayanganku dengan erat. kalau saja kamu benar-benar ada di sini, pasti aku sudah memelukmu erat, aku juga akan mengatakan hal yang selama ini selalu hatiku teriakkan, "Jangan pergi lagi.".

aku mengatur napas. perlahan namun pasti tanganku merenggang, kini jemariku mulai menjelajah kasur untuk mencari ponsel. aku pun membuka twitter, hal yang selalu aku lakukan jika aku sedang seperti ini. aku memandangi timeline dengan ragu dan juga takut. dan benar saja, nama itu muncul, kekasihmu.!

jemariku yang sialan ini nyatanya menekan layar di atas nama itu, membuat laman di ponselku berubah menjadi profilnya. aku melihat namamu jelas terpampang di sana. sekali lagi jemari tololku menekan layar pada gambar foto avatar kekasihmu. lalu lamannya kembali berubah.

kini air mataku mengalir, aku melihat jelas wajahmu dan wajahnya yang sedang tersenyum menghadap ke kamera. kamu bahagia, sangat bahagia. rasanya seluruh uratku yang tadinya menegang kini perlahan melemas. kamu bahagia. aku pun lantas tersenyum melihatnya.

kini tiba-tiba segala kenangan yang tadinya muncul seperti hantu mulai menghilang. suara itu juga menghilang. suara lebut yang selalu aku rindukan itu menghilang. kini hanya terdengar suara rintikan hujan yang perlahan juga menghilang. maaf atas kebodohanku, ucapku sendiri di depan foto mu, wajahmu.

No comments:

Post a Comment