Monday, November 23, 2015

Bodoh

Bodoh.
Benar-benar bodoh ketika kamu jatuh ke lubang yang sama.
Kau tau dimana persis letak lubang tersebut, tapi kau masih saja terjatuh.
Bodoh.

Kalau saja merutuki diri sendiri ada harganya, mungkin aku sudah jadi jutawan.
Tapi memang benar. Ini semua benar-benar bodoh.
Bodoh.

Aku tidak ingin merubahmu seperti apa yang aku mau. Dan tentunya aku juga tak ingin berubah untuk alasan apapun.
Tapi realita menyudutkan kita berdua pada ruang yang salah. Yang menuntut kita untuk mempertahankan ego masing-masing.
Dan bodohnya kita, kita terhasut oleh ego.
Bodoh.

Lalu aku di sini. Termenung oleh waktu yang berlalu.
Dadaku sesak, di apit rindu.
Tanganku basah menyeka air mata sendiri.
Salahku? Mungkin karna banyak menuntut.
Menuntut kehadiranmu. Menuntut perhatianmu. Menuntut waktumu. Menuntut kejujuranmu. Menuntut cintamu. Menuntut kasih sayangmu. Menuntut rindumu.
Dan itu bodoh.
Karena sebanyak apapun aku menuntut, kau tidak akan memberikan.
Bodoh.

Lalu apa lagi yang bodoh?
Pertengkaran ini? Ya.. Tentu saja. Kata demi kata di jabarkan untuk menjelaskan perasaan masing-masing.
Apa yang salah, entah, kita sibuk meneriaki satu sama lain tanpa tau sebabnya.
Ingin di mengerti, tapi tidak mau mengerti.
Bodoh.

Tolol.