Sunday, March 15, 2015

ARTCORNER!

Hai semuanyaaaa! Daku datang lagi bawa berita, gak curhat kalo ini haha. UKM gue lagi ada acara nih. Acara puncak buat anggota mudanya, BALADA 16! Balada guee!!


Ayo ramein acara kita! UKM PEAD (Pancasila economic art division)


Note : kalo ada yang kurang jelas, minat atau mau nanya-nanya, bisa langsung ke contact person kita


Cp : Aris ( 7687F04E)
*Cp : Sanul ( 2645C771) 0896-9744-3567
*Cp : Nida (51315DC4)





Friday, March 6, 2015

Siapa mereka?


1. Betrix

Aku mengetahui namanya dari surat kabar edisi setahun yang lalu. Saat itu aku sedang di beri tugas membuat bubur kertas oleh guru seniku. Gambarnya terpampang jelas dan besar di halaman pertama. Berita paling di buru-buru media sosial manapun.

Alex Miller, lelaki keturunan Australia-Belanda yang sering terlihat di kawasan Brookville, Ohio. Banyak berita simpang siur tentang alasan mengapa laki-laki itu selalu berdiri di persimpangan pusat kota. Bersandar pada papan penunjuk arah, hanya melamun dengan tatapan kosong dan juga sepuntung rokok di bibirnya. Kegiatan itu ia lakukan di hampir setiap harinya.

Lelaki itu terkenal, tepat setahun yang lalu. Namun namanya sudah pudar, menguap begitu saja karena masyarakat Ohio sudah menganggapnya biasa saja. Mungkin orang-orang sudah mulai bosan melihatnya.

Dan sekarang aku berada di sini, di persimpangan jalan yang kumaksud. Aku ingin membeli buku di seberang jalan ketika kudapati lelaki itu berdiri di sana, beberapa langkah dari toko buku itu. Ia jauh lebih tampan dari pada di koran. Bersandar pada papan penunjuk arah seperti seorang model, sebelah tangannya di masukkan ke saku celana dan sebelahnya lagi memegang sepuntung rokok tanpa membakarnya.

Kata Brigitta sahabatku, ia adalah wujud nyata dari lagu The Script berjudul The Man Who Can't Be Moved. Dulu aku benar-benar mengidolakannya karena hal itu, itu sweet sekali! Jaman sekarang mana ada yang seperti dia. Dan melihatnya secara langsung sekarang, aku bahkan rela menjadikannya kekasihku, atau suamiku. Dia tampan dan terlihat berwibawa.

Tapi berhubung aku sudah mempunyai kekasih, aku jadi tidak tertarik lagi. Aku pun melangkah cepat melewatinya menuju toko buku itu. Toh, dia sedang menunggu kekasihnya untuk kembali.


2. Moreno

"Permisi tuan, ini surat kabar yang ada minta." Mia, asisten rumah tanggaku itupun meletakkan surat kabar itu di mejaku, sedikit membungkuk kemudian pergi meninggalkanku di ruangan sedirian.

Kemarin aku melihatnya lagi, Alex Miller yang dulu sempat mewarnai televisi-televisi lokal. Aku pernah mewawancarainya, dia orang yang baik dan murah senyum. Kepribadiannya yang baik dan tutur katanya yang juga baik, membuatku betah berlama-lama berbincang dengannya. Yang menjadi kesulitan hanyalah, ia tak mau di wawancara di tempat lain selain di persimpangan itu. Agak merepotkan karena banyak orang yang berlalu-lalang untuk menyebrang jalan. Tak jarang pula, Paul, kameramenku terdorong hingga gambarnya goyang semua. Kita harus mengulangnya terus menerus saat pengambilan gambar.

Dan saat aku melihatnya kemarin, Alex tidak menyapaku, seolah tak mengenalku sama sekali. Aku sedikit terkejut, apalagi saat aku menyapanya, ia menatapku dingin seolah aku benar-benar asing.

Alex Miller, Pria jangkung berkebangsaan Australia. Rambut cokelat dan berkulit putih pucat yang terus berdiri di persimpangan jalan. Di duga kekasihnya meninggal akibat kecelakaan di persimpangan jalan itu, sehingga ia berupayah menebus rasa kehilangannya dengan terus berdiri di sana.

"Payah!" Gumamku. Aku tau bukan hal ini yang membuatnya berdiri di sana. Surat kabar ini benar-benar tidak bermutu. Karena Alasan Alex berdiri di sana adalah untuk mengenang kematian ibunya 3 tahun yang lalu akibat tragedi kecelakaan maut di persimpangan itu. Meskipun Alex tidak mengatakan apapun, tapi ia tersenyum pedih saat aku menebaknya. Dan aku tau. Tebakanku benar, dan itulah yang ku tulis di redaksiku waktu itu, setahun yang lalu.



3. Jack

Persimpangan pusat kota? Aku benci tempat itu. Sangking bencinya aku selalu menyuruh adikku untuk pergi ke sana setiap kali aku membutuhkan sesuatu, seperti peralatan sekolah dan lain sebagainya. Karena letaknya berada di pusat kota, tempat toko-toko besar berjajar rapih, menjulang tinggi mencakar langit.

Hal yang membuatku anti untuk pergi ke sana hanyalah karena dia, dia Alex Miller. Siapa yang tidak tau bocah dungu itu? Aku membencinya. Semenjak ia terkenal setahun yang lalu, seluruh siaran berita dan surat kabar jadi membicarakannya. Padahal masalah-masalah dalam negeri lebih penting untuk di liput dari pada si lelaki penunggu persimpangan itu.

Dari yang kudengar, dia adalah mantan nara pidana yang di penjara karena menabrak seorang anak kecil di persimpangan itu 3 tahun yang lalu. Dan tepat setahun kemudian, anaknya meninggal karena kasus yang sama. Alex frustasi dan menganggap bahwa dirinya terkena karma, jadi sebagai wujud penyesalannya, ia selalu berdiri di sana memandang kosong ke arah jalan. Tempat terjadinya kecelakaan itu.

Dan aku membencinya karena banyak alasan; yang pertama, karena mendengar berita itu, aku tidak suka dengan orang-orang jahat yang dengan tega membunuh orang, terlebih lagi anak kecil. Yang kedua, berita tentangnya mengganggu setiap kali aku sedang menonton NBA di televisi, seperti selalu terpotong karena berita tidak penting tentangnya. Dan yang ketiga, karena aku pernah bertemu dengannya, waktu itu aku sedang mabuk berat dan orang bodoh itu menghalangi jalanku. Ketika aku membentaknya dengan kata-kata kasar, ia hanya tersenyum manis. Dan itu benar-benar membuatku gila.

Aku benci Alex Miller. Dan aku baru akan memaafkannya jika ia sudah tidak berada di persimpangan jalan itu. Sialnya, dia tidak pernah pergi.


4. Melani

Aku pernah melihat Alex Miller sedang berciuman dengan seorang gadis di persimpangan itu. Aku tidak sempat mengabadikannya karena ponselku mati. Tetapi saat aku menceritakannya, tidak ada yang percaya dengan ku selain Bea, tentu saja karena waktu itu aku sedang bersama Bea.

Dan untuk kedua kalinya aku juga melihat Alex Miller sedang berbicara dengan seorang gadis dengan tatapan penuh kebahagiaan. Bahkan gadis itu mengenakan gelang yang sama dengan punya Alex, seperti gelang couple. Dan yang kedua kalinya ini ada orang lain yang juga melihatnya, tetapi mengacuhkannya begitu saja, karena mengira gadis itu bukan kekasihnya. Buktinya, Alex tidak juga pergi dari sana sampai saat ini. Tapi aku bersumpah, itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang mencium Alex pada malam itu. Tetapi kenapa tidak ada yang percaya?

Di kesempatan yang ketiga, aku berhasil memotret Alex yang sedang berciuman dengan gadis itu, Ya! Gadis yang sama. Wartawan langsung memburuku karena tau aku memiliki fotonya. Aku menawarkan Foto itu dengan sejumlah uang yang harganya lumayan. Dan terjual pada Ohio News sebesar 5000 dolar. Betapa beruntungnya aku saat itu.

Dan sejak saat itu aku terus mengambil gambar Alex dengan gadis yang sempat di ketahui bernama Alexa! Waw! Benar-benar nama yang serasi. Tetapi entah bagaimana mereka malah jadi sering mengumbar kemesraan di depan halayak, hingga foto-fotoku pun tak lagi di hargai. Para fotographer bisa memotret mereka sendiri tanpa bantuanku. Karena adegan bermesraan itu terus berulang hingga larut malam tanpa terusik.

Jadi aku memutuskan untuk tidak memperdulikan Alex, lelaki yang di beritakan di usir dari rumahnya karena menyusahkan kedua orang tuanya, dan yang ia lakukan hanya bermesraan dengan kekasihnya. Setidaknya itu yang ku tahu.



5. Kaelia

Outline skipsi

Nama : Kaelia Doughtes
Nomor : 13/55555/sp
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta


Judul penelitian : Pengaruh kriminalitas terhadap kehidupan remaja dan negara

Tidak ada yang lebih buruk dari memikirkan skripsi di tengah liburanku di kota kelahiranku sendiri, Ohio. Setelah lama menempuh pendidikan di indonesia, akhirnya aku kembali ke Ohio. Tidak banyak yang berubah di sini, atau mungkin aku yang berubah.

Kemarin saat sedang mencari buku-buku milik ayahku untuk membantuku menyusun skripsi. Tiba-tiba mataku terpaku pada selembar halaman surat kabar yang sudah sobek. Ayahku memang seorang redaksi surat kabar di Ohio. Dan biasanya ia menumpuk hasil kerja timnya di perpustakaan rumah. Alhasil ada saja kertas-kertas usang seperti ini yang memenuhi perpustakaan.

Ku ambil selembar kertas itu dan membacanya dengan sedikit kesulitan, karena beberapa kata hilang akibat sobekan-sobekannya yang entah berada di mana. Tapi tag-linenya masih utuh, terlihat jelas dengan tulisan yang sengaja di tulis dengan format Bold.

Alex Miller bersama kekasihnya Alexa Avegaf membunuh seorang gadis yang di duga sebagai pengganggu hubungan mereka. Tetapi keduanya lantas menyesali perbuatannya dan sering terlihat di persimpangan pusat kota, lokasi terakhir kali, Alex dan Alexa bertemu dengan gadis itu.

Aku menyipitkan mata merasa heran. Ada-ada saja kejadian seperti ini di Ohio. Atau mungkin memang banyak di dunia ini? Tetapi melihat berita itu, aku jadi mendapatkan ide untuk materi skripsiku.

Jadi kuputuskan hari ini untuk duduk di Depan Kafe yang berada di dekat tiang penunjuk arah itu, mengamati lelaki yang bernama Alex sedang menangis bersama kekasihnya Alexa di pelukannya, menandangi jalan itu terus menerus.

Pertanyaan Penelitian : Apa yang membuat mereka menyesali perbuatannya?



6. Fixy

Untuk yang ke sekian kalinya aku melihat Alex Miller di persimpangan jalan itu. Meski beritanya sudah tak lagi populer, aku masih saja mengidolakan sosok Alex Miller, seorang Pencopet yang memberikan hasil rampasannya untuk di sumbang ke panti asuhan dengan nama pengirim Anonimus. Kisahnya benar-benar mengingatkanku pada salah satu film kartun dengan tokoh heroik yang sama seperti Alex.

Aku pernah meminta tanda tangannya, yang sampai sekarang masih ku pajang di dinding kamarku. Dan aku sengaja membuat gelang yang sama dengan gelang Couple milik Alex! Meski ia sudah bukan lagi orang terkenal, tetapi aku masih sering mengunjungi persimpangan jalan hanya untuk melihat Alex.

Kudengar, panti asuhan yang selama ini ia sumbang, sudah menjadi panti asuhan yang besar dan berkecukupan, oleh sebab itu, Alex tidak lagi mempunyai pekerjaan. Yang di lakukannya hanya berdiri di persimpangan itu, tempat biasa ia mencopet.

Oiya, sekarang di samping Alex ada seorang gadis cantik berambut pirang bernama Alexa, dengar-dengar mereka kawin lari karena orang tua Alexa tak mengizinkan Alexa menikah dengan lelaki tukang copet seperti Alex. Tetapi memang dasar jodoh, kini mereka berdua pun hidup bersama dan sering berdiri bersama di persimpangan jalan sambil berciuman. Ya persimpangan jalan, tempat pertama kali mereka bertemu. Alexa adalah salah satu korban yang di copet oleh Alex, ternyata mereka berjodoh!

Benar-benar kisah yang menginspirasi, beruntungnya seorang Alexa mendapatkan Pria seperti Alex. Aku juga mau!



7. Tom

Aku masih suka heran dan menggeleng-gelengkan kepala setiap kali melihat Alex Miller dan Alexa Avegaf berdiri di persimpangan jalan pusat kota. Sebagai polisi lalulintas aku merasa gagal dengan khasua mr. Miller ini. Aku tau ia berkebangsaan Australia, tetapi yang sampai sekarang menganggu pikiranku hanyalah, mengapa mereka berdua selalu berdiri di sana, tanpa makan dan tanpa minum. Hanya bermesraan, kadang menangis, kadang tertawa seperti ada yang lucu.

Aku tau kalau mereka berdua anggota sirkus yang bangkrut dan akhirnya menjadi gelandangan yang tidak mempunyai rumah, sampai-sampai mereka tak pernah pergi dari persimpangan jalan itu. Tak lupa juga berita kalau Alexa Avegaf sebenarnya adalah laki-laki yang melakukan operasi pelastik menjadi wanita, hanya karena Alex adalah seorang Gay.

Hidup mereka terlalu rumit, terlalu menyedihkan. Tetapi mereka masih bisa berbahagia di jalanan. Di masa jayanya setahun yang lalu, aku ikut kecipratan untung. Aku masuk di media cetak dan televisi karena menjadi narasumber mereka.

Bahkan ada yang mengutarakan ide untuk membangun patung Alex dan Alexa di persimpangan jalan itu setelah mereka meninggal dunia. Dan kisah mereka mengisfirasi para Gay yang tak ingin di anggap 'Gay'. Jadi setiap pasangan Gay di Ohio, salah satunya akan melakukan operasi pelastik dan bertransformasi menjadi wanita jadi-jadian.

Karena kehidupan mereka yang syarat makna dan menginspirasi banyak orang, aku pun sampai tak tega mengusir mereka dari sana. Lagi pula, orang-orang melarangku untuk melakukannya.

Jadi yang sekarang kulakukan adalah melaksanakan tugasku tanpa memperdulikan mereka, anggap saja mereka sepasang patung Romeo dan Juliet.



8. Gilda

Stress! Lama-lama aku bisa terkena gangguan mental, tekanan batin dan berubah sinting. Mungkin seusai masalah ini, aku akan mengambil cuti atau bahkan mengundurkan diri, aku tidak sanggup lagi bekerja di rumah sakit mental, mentalku ikut-ikutan di grogoti.

Ini semua karena Alex Miller dan Alexa avegaf, pasienku yang kabur ke Ohio! Bayangkan mereka bisa kabur sejauh itu, dari rumah sakit mental di Australia! Mereka sinting! Dan sebentar lagi aku akan ikutan sinting!

Awalnya hanya Alex yang tiba-tiba menghilang dari rumah sakit mental itu, lalu beberapa hari kemudian Alexa yang selalu berperan menjadi kekasihnya ikut menghilang entah kemana. Mereka berdua hilang selama setahun dan aku yaris memotong urat nadiku sendiri, karena kalau sampai mereka tidak di ketemukan, aku akan di pecat.

Aku bersumpah kedua bola mataku hampir menggelinding keluar dari pelupuknya begitu aku membaca koran lama dari Ohio.

Pasien ku terkenal bahkan menjadi artis! 2 orang yang bahkan tidak mengerti 1 + 1 itu berapa, menjadi artis terkenal! Bayangkan! Namanya terpampang di semua koran dan televisi!

Entah orang dungu mana yang mempercayai berita simpang siur tentang mereka berdua. Kisah inspiratif atau apalah itu. Fuck! Mereka sinting!!! Tidak waras!! Gilaa!!

Bahkan mereka memuja-muja gelang yang di pakai mereka berdua! Tanpa tau kali Itu adalah gelang yang di pakai semua pasien di rumah sakit jiwa tempatku bekerja. Dan aku nyaris pingsan ketika mengetahui ada yang membuat gelang itu dan memperjual belikannya.

Setelah mendaratkan kedua kakiku di Ohio. Tanpa berlama-lama lagi, Aku langsung mendatangi persimpangan jalan itu, menjewer kedua telinga mereka. Mereka meringis kesakitan sambil bergelayut manja di tanganku seperti biasanya.

Seorang polisi langsung menghampiriku dengan wajah tidak mengenakan. Ingin rasanya aku melemparkan sesuatu ke wajahnya. "Maaf nyonya, apa yang terjadi di sini?" Tanyanya. Dan tepat ketika aku baru ingin menjawab, aku baru mengadari kalau orang-orang memandang ke arahku dengan sinis, bahkan mendekatiku.

"Aku hanya ingin membawa 2 pasienku pulang!" Bentaku kesal, aku lelah dan aku kesal setengah mati. Jadi jangan salahkan aku jika aku mengamuk.

"Pasien?" Sebelah alisnya terangkat seperti ragu dan bingung.

"Iya Sir, Mr. Miller dan Mrs. avegaf adalah pasienku. Pasien rumah sakit mentalku yang hilang selama setahun ini."

Aku tidak tau apa yang terjadi, tetapi sepertinya semua orang langsung jatuh pingsan begitu mendengar jawabku.

Dan aku tidak peduli, tugasku hanya mengantar mereka pulang! Ya, 2 orang sinting itu.