Tuesday, March 29, 2016

Waktu

Tak bisakah kau menemaniku berburu waktu? Agar sesulit apapun itu, kita tetap bisa bersama. Lalu saat waktu berhasil kita dapatkan, mau kah kau menemaniku meramunya? Agar aku bisa menghentikannya saat bersamamu. Dan jika waktu telah berhenti, maukah kau tetap bersamaku selamanya? Agar matiku adalah matimu juga. Kalaupun kau tak ingin melakukan semuanya, bersediakah kau memberikan waktu, walau hanya beberapa detik untuk tersenyum padaku? Karena senyummu mematikan waktu di hidupku seketika. Dan selamanya kau akan terasa hidup bersamaku.

Friday, March 25, 2016

Beginilah yang terasa

Hmm.. Anggap saja aku bosan bermain-main dengan cinta. Mencicipi berbagai hati lalu di buatnya sakit berkali-kali. Anggap saja aku sedang menjalin kesetiaan dengan sang waktu, agar nantinya ia mempertemukanku dengan orang yang tepat. Anggap saja kehadiramu tidak mengusikku, jadi aku bisa mengenalmu hanya sebagai sahabat. Anggap saja tak ada satu katapun yang keluar dari mulutmu, yang membuatku terluka, jadi aku bisa berpura-pura baik-baik saja.

Mereka bilang, "semua wanita butuh kepastian." Aku memilih tidak memihak, bahkan menolak. Aku memilih bersandar pada apa yang ku percaya. Bahwa hatimu tak pernah untukku. Itu untuknya, dia, dan mereka. Bukan untukku. Bukan aku pesimis, hanya mencoba tau diri saja. Karena mendengar nama lain kau sebut, membuatku sadar akan posisiku yang tak pernah menjadi lebih. Kita teman. Kita sahabat. Tidak lebih.

Dan aku cukup tau diri untuk mengerti. Sudah cukuplah aku mencicipi asam garam cinta. Aku sudah pernah berjuang untuk seseorang yang tak pernah menghargaiku. Dan jika disuruh untuk berjuang lagi, aku memilih mundur. Karena yang bersungguh-sungguh tak akan membiarkanku berjuang, apalagi seorang diri. Jadi aku menunggu itu. Menunggu usahamu untuk meyakinkanku, mengubah presepsiku tentang harapan dan perjuangan. Menunggu mu untuk membuatku menulis buku baru itu bersamamu.

'Tidakkah seperti ini menyiksa?' Tanya mereka.

Dan aku, hanya tersenyum.

Saturday, March 5, 2016

Rindu

Hai kepingan rindu? Masih setiakah menunggu?
Aku saja sudah bosan berlucut debu
Tak risaukah menyiasati waktu
Agar yang di tunggu akan segera kembali padamu
Nyatanya kau mati dalam sendu