Thursday, February 11, 2016

Hujan bulan februari

Hujan di bulan februari, mungkin telah mengguyur habis semua kenangan yang pernah ada. Membawanya pergi ke persimpangan memori di otakku. Kemudian membiarkan posisinya semula kosong untuk nantinya ku isi lagi dengan kenangan baru.

Lama.. Rasa-rasanya ini sudah terlalu lama aku meringkuk di dalam bayang-bayangnya. Berusaha menghangat dan menetap lebih lama agar hujan tak membasahi tubuhku. Namun ternyata yang kulakukan ini salah, salah besar.

Selamanya aku akan takut dingin jika tak bersentuhan dengannya. Selamanya aku akan mengidamkam hangat jika terus berada di sana. Hinga lama-lama aku tak tau apa itu hangat, karena nyatanya dingin lebih mendominasi. Aku tak ingin jadi pengecut. Aku ingin hujan menghujamku dengan liar. Aku ingin air-air itu menyeret habis semua kesedihan. Hingga yang tersisa hanya kebahagiaan.

Dan aku ingin membuat kenangan baru bersama hujan. Biarlah dingin ini menusuk tulangku. Toh, lama-lama aku akan terbiasa. Dan kau juga harus belajar melangkah. Hidupmu bukan melulu tentangku, begitu juga dengan hidupku. Kita sudah membuat kisah indah di bulan oktober lalu, kini buku itu sudah penuh dengan tawa, tangis, rindu dan rasa. Bagaimana jika kita tutup buku itu, dan membuka lembaran baru?

Lembaran hidupmu tanpa aku, dan lembaran hidupku tanpa kamu.

Bersama kita telah menciptakan buku yang indah. Mungkin jika terpisah, ceritanya akan lebih menarik. Jangan takut untuk menulis sendiri, aku tak akan meninggalkanmu begitu saja. Aku akan membantumu merangkai kata, hingga akhirnya kau bisa melakukannya sendiri.

Berjanjilah untuk membuat buku barumu itu lebih indah dari yang sebelumnya, walau tanpa aku. Aku pasti bersedia untuk membaca karyamu. Dan berbahagialah dengan mentari hangat itu, maka aku berjanji akan tersenyum bersama hujan bulan februari.