Sunday, April 5, 2015

Mencintai Luka




Aku mencintai luka.. Ya.. Aku cinta dengan luka.
Aku tak pernah menyianyiakannya. Setiap goresnya selalu kutampung.
Ku kumpulkan satu persatu, lalu aku membawanya kemanapun aku pergi.
Aku menutupinya dengan selembar kain, seolah tak ingin membagianya dengan yang lain.
Menjaganya seperti sesuatu yang rapuh.
Menggendongnya seperti seorang bayi mungil.
Dimanapun aku, di situ ada luka.
Temanku hanya luka—paling tidak itu yang aku tau.
Aku menyukai luka lebih dari apapun, lebih dari serial tv kesukaanku, lebih dari kucing berbulu tebal kesayanganku, atau lebih dari rasa sukaku pada dunia.
Aku lebih suka luka! Aku mencintainya. 
Lambat laun, luka itu semakin banyak, semakin berat.
Kain pembungkusnya sudah tak lagi muat untuk menutupinya.
Langkahku kian lambat karena beratnya beban yang kuangkat.
Sampai akhirnya aku menyerah.
Aku duduk di taman yang sedang kulakui, kubuka kain penutup itu dan meletakkannya di tanah.
Aku menatap orang-orang dengan tatapan minta tolong, tapi tak ada yang melihat kearahku—ada, tapi tidak peduli.
Saat aku berteriak minta tolong pun, tak ada yang membantuku.
Padahal aku hanya butuh satu atau dua orang untuk membantuku untuk membawa sebagian lukaku ini, tapi nyatanya, tak ada yang mendekat—malah menjauh.
Dengan desahan putus asa dan senyuman di bibirku, aku memeluk luka-lukaku.
Karena aku tau, hanya luka yang ada di sampingku, saat tak ada satu orang pun yang peduli.
Aku mencintai luka, ya.. Aku mencintai luka

No comments:

Post a Comment