Wednesday, April 29, 2015

Aku ingin di persilahkan

Ingin sekali aku mengundangmu memasuki rumahku yang hampa, berdebu dan usang.
Namun tak ku sangka derajatmu menjulang tinggi menjauhiku.
Padahal telah kusiapkan sofa empuk dengan bantalan kapuk untuk kau duduki, tepat di sampingku
Lalu saat kusadari kau tak ingin masuk, maka akulah yang pergi ke rumahmu
Kau memang membuka pintu, namun hanya sejengkal agar kau bisa melihat siapa di depan.
Aku tersenyum dengan tatapan penuh harap
Peluh di keningku tak kuhiraukan sehabis menempuh perjalanan jauh
Aku ingin masuk, bercengkrama dan meminum secangkir teh hangat bersamamu
Berusaha mengganti senja yang kulalui seorang diri dalam naungan rindu
Satu jam aku menunggu reaksimu, tapi aku hanya bisa melihat manik matamu dan mendengar deru napasmu yang beradu dengan pintu
Aku masih menunggu, menunggu agar di persilahkan masuk
Menunggu sang tuan rumah yang mengajakku masuk
Ku hela napas panjang mencoba menahan emosi di benak terdalam
Menengadahkan kepala dan tersenyum mencoba menahan air mata
Namun sang tuan rumah masih terdiam di sana
Mengintip di cela pintu tanpa kata
Aku mematung, mungkin yang sekarang harus kulakukan adalah menyiapkan hatiku
Karena hanya tinggal menunggu waktu, sebelum pintu itu kembali tertutup
Dan aku? Aku akan menikmati senja yang kesekian seorang diri, lagi dan lagi.

No comments:

Post a Comment