Thursday, July 23, 2015

Aku bingung memikirkan kelanjutan kisah ini. Kisah semu yang sepertinya kubuat sendiri. Semuanya berubah, entah sejak kapan. Kamu bukan lagi kamu. Masih terlalu jelas bayanganmu saat kita bertemu, di bawah langit malam di bulan juni. Tidak ada yang lebih baik dari mendengar namamu hari itu, ya.. Kita menutup malam dengan berkenalan. Nyatanya tidak butuh waktu lama untuk mencintaimu. Kamu terlalu kamu. Aku merasa mengenalmu walau hanya dari sebuah pesan singkat. Semakin hari, kita semakin dekat. Bertukar cerita, berbagi tawa, hanya berdua. Rasa nyaman itu hadir dengan sangat mudah. Kau tutup luka di hatiku dengan peringaimu yang manis. Sudahkah kukatakan kalau kau bukan kriteria ku? Ya.. Bukan sama sekali, tapi nyatanya aku masih di sini.

Tapi perjalanan kisah ini tentulah banyak rintangannya. Kebohongan demi kebohongan akhirnya terungkap. Siapa kamu, aku mulai tak ingat. Makin lama kita makin menjauh. Bahkan akhirnya tidak tau kabar satu sama lain. Akhirnya air mataku jatuh lagi. Meski bukan untuk lelaki yang sama, tetapi justru untuk seseorang yang kukira tak akan pernah membuatku menangis. Aku rindu kamu yang kamu. Tapi aku bahkan kesulitan untuk mengenal kamu.

Lalu aku berjuang lagi, mencoba mengembalikan hari-hari kita. Mencoba mencari lagi siapa kamu. Aku berjuang sendirian. Aku membelah malam, hanya untuk bisa mendengar suaramu. Aku mematahkan hatiku, hanya agar aku bisa terus bersamamu. Semua kulakukan. Akhirnya aku mulai mengenalmu. Kamu yang sesungguhnya, tanpa bohong, tanpa segalanya yang pernah kamu lakukan. Aku tau itu kamu.

Lalu sekarang apa? Aku kesulitan untuk mengimbangimu. Karena nyatanya aku memang berjuang sendirian. Kamu bahkan seolah tak melihat kearahku. Dan akhirnya aku hanya bisa berandai-andai untuk bisa kembali ke masa itu. Saat kita berkenalan. Saat kamu berkata manis. Saat tidak sulit untuk bisa bersamamu. Aku ingin kembali. Tapi aku tau itu mustahil

No comments:

Post a Comment