Saturday, November 23, 2013

Aku sendiri

Pagi ini aku berjalan melewati ruang kelas mu, sepi sama seperti biasanya. Aku memang datang lebih pagi hari ini, aku hanya ingin menghindar sebelum kamu yang menghindar. Aku tak tau ada apa dengan kita. Hmmm.. Beraninya aku menyebut kamu dan aku adalah kita. Maaf, tapi aku mulai merasa kata itu kini melekat pada kamu dan juga aku.

Sepertinya pertemanan kita sedang di uji... Astaga betapa benci ya aku menyebut kata itu. Hanya teman tidak pernah tepat untuk kita? Paling tidak setelah orang-orang tau bagaimana "kita" yang sesungguhnya. Aku tidak pernah percaya setiap kata "sayang" atau "suka" yang kamu ucapkan. Seperti hanya sebuah tambahan saja. Pelengkap yang tak memiliki arti yang pasti. Tapi apa kamu tau? Aku selalu tersenyum setiap kali mendengar kata itu.

Kita tidak bertengkar. Terapi mengapa ada jarak di antara kita? Tidakkah kamu tau, aku membutuhkan mu--rindu lebih tepatnya. Dulu, tidak pernah ada hatiku yang terlewatkan tanpa kamu. Segalanya, seperti segalanya aku lakukan bersamamu. Atau aku memang tak bisa tanpa mu. Dulu, tawa kita adalah satu. Bahagia kita adalah bersama. Pertengkaran kita adalah penguat. Tapi kini, aku merasa sangat jauh... Sangat jauh. Apa yang salah?

Aku melangkah melewati tangga. Sial,! Aku semakin dekat dengan kelas mu. Aku hanya tidak ingin melihatnya. Tidak hari ini. Tetapi kamu ada di sana. Sebisa mungkin aku berdoa agar kamu tak melihatku. Tapi sial! Mata kita saling bertemu. Aku melemparkannya sebuah senyuman padamu. Senyum rindu, senyum cinta, entah apa namanya itu, yang jelas aku melontarkannya dari dalam hati.

Aku terdiam menunggu reaksi mu. Tapi kamu hanya diam, tersenyum pun tidak. Bahkan tiba-tiba saja kamu meninggalkanku. Apa yang salah?
Aku kembali melanjutkan langkahku dengan air mata yang tiba tiba saja mengalir di pipiku. Aku menoleh, tak ada siapapun. Kini aku sadari, aku sendiri.

No comments:

Post a Comment